Pernah enggak sih kita ngerasa hidup ini kayak lagi di jalan tol yang macet parah? Udah capek, panas, terus klakson di mana-mana. Kita butuh jalan keluar, butuh ketenangan. Nah, shalawat itu kayak jalan pintasnya, jalur cepat menuju ketenangan hati.
Kita, umat Islam, punya “password” yang powerful banget untuk terhubung langsung dengan Allah, melalui perantara Rasulullah. Password itu namanya shalawat.
Di bulan Rabiul Awal ini, obrolan tentang Maulid Nabi lagi hangat-hangatnya. Tapi, lebih dari sekadar perayaan, bulan ini adalah momen paling pas buat kita muhasabah, dan memperbanyak shalawat. Bukan cuma shalawat yang biasa kita baca pas salat, tapi shalawat yang jadi zikir harian kita.
Kenapa shalawat ini begitu spesial?
1. Perintah Langsung dari Allah dan Para Malaikat
Ini bukan amalan biasa, ini amalan kelas VVIP. Kenapa? Karena Allah sendiri dan para malaikat-Nya juga bershalawat. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Ayat ini adalah perintah langsung, enggak pakai “mungkin” atau “sebaiknya.” Kalau Allah dan para malaikat-Nya saja bershalawat, kita, manusia biasa, apalagi. Masa iya kita malah sibuk scrolling media sosial dan lupa sama utusan-Nya?
2. Shalawat, Amalan Sederhana dengan Balasan yang Luar Biasa
Ini yang paling menarik. Shalawat itu amalan “murah tapi mewah.” Modal kita cuma lisan dan hati yang tulus. Tapi balasannya? Enggak main-main.
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, diangkat derajatnya sepuluh derajat, dan dicatat baginya sepuluh kebaikan.” (HR. An-Nasa’i)
Bayangin, satu shalawat kita dibalas sepuluh kali lipat. Ini kayak kita tanam satu biji, tapi panennya sepuluh pohon. Kita enggak rugi sama sekali.
Dalam sebuah hadis lain, Rasulullah bersabda: “Orang yang paling dekat denganku pada hari Kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)
Ini janji langsung dari Rasulullah. Kita yang pengen dapat syafaat di hari Kiamat, pengen dekat dengan beliau, ya perbanyak shalawat.
3. Shalawat Bukan Sekadar Bacaan, Tapi Tanda Cinta
Shalawat ini kayak tanda cinta kita. Kalau kita cinta sama seseorang, kita pasti akan sering menyebut namanya, sering membicarakan kebaikannya. Shalawat adalah cara kita menunjukkan cinta itu.
Imam Syafi’i pernah berwasiat dalam kitabnya: “Demi Allah, tiada yang bisa memberi syafaat di Hari Kiamat kecuali orang yang sering bershalawat kepadaku (Rasulullah).”
Ini menunjukkan betapa para ulama dulu sangat menganjurkan shalawat. Mereka tahu, shalawat ini bukan cuma ritual, tapi kunci untuk mendapatkan keberkahan dan pertolongan.
4. Macam-Macam Shalawat yang Bisa Kita Amalkan
Enggak perlu bingung. Ada banyak sekali lafaz shalawat. Yang paling utama adalah yang kita baca saat salat, yaitu shalawat Ibrahimiyah.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Kalau pengen yang lebih ringkas, kita bisa baca:
- “Allahumma sholli ‘ala Muhammad.”
- “Shollu ‘ala Nabi.”
- “Shollallahu ‘ala Muhammad.”
Enggak harus pakai lafaz yang panjang-panjang. Yang penting niatnya, yang penting istiqomah-nya.
5. Shalawat di Era Digital: Jangan Cuma di Mimbar
Nah, ini tantangannya. Di era digital ini, kita bisa bershalawat di mana saja, kapan saja. Saat nunggu lift, saat macet di jalan, saat lagi istirahat di kantor, bahkan saat lagi scrolling media sosial.
Jadikan shalawat sebagai musik hati kita. Shalawat itu bikin tenang. Shalawat itu bikin kita ingat bahwa hidup ini enggak cuma tentang pekerjaan, tentang likes, atau tentang validasi dari orang lain. Ada yang lebih penting: hubungan kita dengan sang Pencipta, dan sang kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Jadi, di bulan Maulid ini, yuk kita rayakan dengan cara yang lebih bermakna. Bukan cuma dengan ceramah atau acara formal, tapi dengan menjadikan shalawat sebagai gaya hidup.
Dengan shalawat, insyaallah hidup kita jadi lebih berkah, hati kita jadi lebih tenang, dan kelak di akhirat, kita bisa bersanding dengan beliau, Nabi Muhammad SAW. Aamiin.