Wasathiyah: Moderasi dalam Beragama
Kata wasathiyah berasal dari kata wasath yang artinya di tengah-tengah atau seimbang. Konsep ini bukan cuma ajaran biasa, tapi perintah langsung dari Allah ﷻ.
QS. Al-Baqarah [2]: 143
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Ayat ini adalah identitas kita sebagai umat Islam. Kita ini umat yang moderat, seimbang, enggak ke kiri enggak ke kanan. Tugas kita itu jadi saksi kebenaran, bukan hakim.
Lalu, apa saja sih ciri-ciri umat yang moderat itu?
- Tawazun (Keseimbangan): Seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Enggak melulu mikirin dunia sampai lupa shalat, dan enggak melulu ibadah sampai mengabaikan kewajiban sosial.
- Tasamuh (Toleransi): Bisa menghargai perbedaan, baik perbedaan pendapat dalam internal umat Islam, maupun perbedaan agama.
- I’tidal (Lurus dan Adil): Teguh pada kebenaran tanpa menghakimi orang lain.
- Syura (Musyawarah): Mengutamakan dialog dan musyawarah daripada kekerasan.
Bagaimana Rasulullah ﷺ Mencontohkan Wasathiyah?
Rasulullah ﷺ adalah perwujudan nyata dari konsep wasathiyah. Beliau enggak pernah berlebihan dalam beragama.
1. Tidak Berlebihan dalam Beribadah
Pernah ada tiga orang sahabat yang datang ke rumah Rasulullah ﷺ dan bertanya tentang ibadah beliau.
- Salah satunya bilang, “Saya akan shalat malam terus, enggak akan tidur.”
- Yang kedua, “Saya akan puasa terus, enggak akan berbuka.”
- Yang ketiga, “Saya enggak akan nikah, karena itu bisa mengganggu ibadah saya.”
Mendengar itu, Rasulullah ﷺ marah. Beliau bersabda:
HR. Bukhari dan Muslim
Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi, aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku juga menikahi perempuan. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.”
Ini pelajaran berharga buat kita. Islam itu agama yang seimbang. Ibadah iya, urusan dunia juga iya. Jangan sampai karena saking semangatnya beribadah, kita jadi ekstrem, mengabaikan hak-hak tubuh kita, hak-hak keluarga kita, dan hak-hak sosial kita.
2. Toleransi kepada Non-Muslim
Dalam Piagam Madinah, yang merupakan konstitusi pertama di dunia, Rasulullah ﷺ menjamin hak-hak non-muslim untuk beribadah sesuai keyakinan mereka. Beliau enggak pernah memaksa orang masuk Islam.
QS. Al-Baqarah [2]: 256
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
Ini adalah bukti nyata bahwa Islam itu agama damai, bukan agama paksaan.
3. Tidak Menghakimi Orang Lain
Suatu ketika, ada seorang sahabat yang bergegas menghakimi seorang munafik. Namun, Rasulullah ﷺ melarangnya. Beliau mengajarkan bahwa urusan hati itu hanya Allah ﷻ yang tahu. Tugas kita itu berdakwah, bukan menghakimi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
HR. Bukhari dan Muslim
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Akhlak itu tentang sikap, tentang kelembutan, tentang toleransi. Bukan tentang menghakimi.
Kenapa Sikap Moderat Sangat Penting Hari Ini?
Sekarang ini, kita hidup di era digital, di mana informasi gampang banget menyebar. Sayangnya, kabar hoaks, provokasi, dan ajaran ekstrem juga gampang banget masuk.
Kalau kita enggak punya filter yang kuat, kita bisa gampang terpengaruh. Kita bisa jadi ikut-ikutan fanatik, merasa paling benar, lalu gampang menyalahkan orang lain.
Sikap moderat adalah benteng terkuat kita. Dengan moderasi, kita bisa:
- Membangun Kerukunan: Kita bisa hidup berdampingan dengan damai, tanpa harus saling menghina.
- Mencegah Perpecahan: Enggak ada lagi istilah “kita vs mereka.” Kita semua saudara, yang beda-beda, tapi tetap satu.
- Menunjukkan Wajah Islam yang Sebenarnya: Islam itu rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam. Bukan agama yang menakutkan, bukan agama yang penuh kebencian.
Penutup
mari kita mulai dari diri kita sendiri. Mari kita tanamkan sikap moderat di hati kita.
- Jangan gampang marah.
- Jangan gampang menghakimi.
- Jangan gampang merasa paling benar.
- Mari kita belajar dari Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah ﷻ senantiasa membimbing kita menjadi umat yang wasathiyah, yang membawa kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam