Al-Qur’an, yang diturunkan lebih dari 1.400 tahun yang lalu, telah menjelaskan fenomena-fenomena alam dengan detail yang menakjubkan. Hal ini seringkali dianggap sebagai bukti kuat bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Zat Yang Maha Mengetahui. Salah satu fenomena yang paling mencengangkan adalah pertemuan air, yang dijelaskan dalam dua ayat berbeda.
1. Pertemuan Dua Lautan (Surat Ar-Rahman ayat 19-20)
Ayat ini berbicara tentang pertemuan dua massa air laut yang besar, yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Dalam Surat Ar-Rahman, juz ke-27, Allah berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيَانِ
Terjemahan: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
Penjelasan ilmiahnya bisa kita temukan di beberapa lokasi di dunia, salah satunya yang paling terkenal adalah Selat Gibraltar. Selat ini memisahkan Spanyol dan Maroko, serta menghubungkan Samudra Atlantik dan Laut Mediterania. Kedua lautan ini memiliki perbedaan densitas, salinitas (kadar garam), dan suhu yang signifikan. Perbedaan ini menciptakan sebuah lapisan pembatas tak kasat mata—yang disebut sebagai fronts—yang menjaga agar air dari masing-masing lautan tetap dalam batasnya, tidak langsung bercampur. Ini adalah gambaran nyata dari “dinding” atau “batas” (barzakh) yang disebut Al-Qur’an.
2. Pertemuan Air Tawar dan Air Asin (Surat Al-Furqan ayat 53)
Fenomena yang serupa, namun dengan konteks berbeda, dijelaskan dalam Surat Al-Furqan, juz ke-19:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا
Terjemahan: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”
Ayat ini secara spesifik menyebutkan pertemuan antara air tawar yang segar dan air asin yang pahit. Fenomena ini bisa kita saksikan di banyak muara sungai besar di seluruh dunia. Sebagai contoh, di muara Sungai Amazon, air tawar dari sungai mengalir ke Samudra Atlantik. Karena air tawar memiliki densitas yang lebih rendah, ia akan mengapung di atas air asin. Hal ini menciptakan sebuah lapisan pemisah yang jelas, yang mencegah kedua jenis air tersebut langsung menyatu. Al-Qur’an kembali menggunakan istilah dinding (barzakh) dan batas (hijran mahjura) untuk menggambarkan fenomena ini dengan sangat akurat.
Kesimpulan
Ketepatan Al-Qur’an dalam menjelaskan fenomena yang baru bisa dipahami secara ilmiah di era modern merupakan salah satu bukti mukjizatnya. Tanpa teknologi canggih seperti satelit dan alat ukur bawah air, pengetahuan ini mustahil diketahui oleh manusia pada zaman Nabi Muhammad ﷺ. Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak hanya menjadi kitab spiritual, tetapi juga panduan yang selaras dengan hukum-hukum alam semesta ciptaan Allah SWT.