Banyak yang mengenal Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan Allah, pembawa risalah Islam, dan panutan bagi umat Muslim. Namun, lebih dari itu, kehadiran beliau adalah sebuah berkah, sebuah rahmat yang melimpah bagi seluruh alam semesta—bukan hanya bagi umat manusia, apalagi hanya bagi umat Islam. Konsep ini, yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107, adalah salah satu fondasi utama untuk memahami mengapa sosok beliau begitu istimewa dan relevan sepanjang masa.
Kisah Awal: Sebelum Sang Cahaya Hadir
Dulu, di gurun pasir yang panas dan gersang di Makkah, kehidupan terasa keras. Hukum rimba berlaku. Kekuatan fisik dan kekuasaan adalah segalanya. Perempuan seringkali dianggap aib, bahkan ada yang dikubur hidup-hidup. Perbudakan merajalela, dan hak-hak asasi manusia hanyalah cerita fiktif. Perang antar suku menjadi hal biasa, dendam diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Di tengah kegelapan moral dan sosial itu, lahir seorang yatim piatu bernama Muhammad. Ia tumbuh menjadi sosok yang jujur, amanah, dan penuh kasih sayang. Ia dikenal sebagai Al-Amin, “yang dapat dipercaya,” jauh sebelum ia menerima wahyu. Sifat-sifat mulia ini bukan hanya sekadar etika, melainkan cerminan dari jiwa yang suci, yang kelak akan menjadi wadah bagi risalah agung.
Ketika wahyu pertama datang di Gua Hira, Muhammad bukanlah lagi seorang pedagang biasa. Ia adalah utusan. Misinya bukan hanya untuk menyebarkan satu agama, melainkan untuk mengubah paradigma dunia dari kegelapan menuju cahaya, dari kezaliman menuju keadilan, dan dari permusuhan menuju perdamaian.
Makna Rahmatan Lil ‘Alamin
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Ayat ini adalah inti dari segalanya. Kata “rahmah” berarti kasih sayang dan belas kasih yang mendalam. Kata “al-‘alamin” mencakup seluruh alam, mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, hingga jin. Ini bukan sekadar klaim, melainkan fakta yang dapat kita telaah dari ajaran dan perilaku beliau.
1. Rahmat bagi Manusia
Nabi Muhammad membawa sebuah sistem yang merevolusi kehidupan manusia. Ia menghapus perbudakan secara bertahap, memberikan hak-hak kepada perempuan, dan menegakkan keadilan sosial. Sebelum Islam, perempuan di Arab jahiliyah tidak memiliki hak waris, bahkan dianggap sebagai barang. Rasulullah mengubah itu. Beliau bersabda:
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)
Beliau juga mengajarkan bahwa semua manusia setara, tidak ada keunggulan satu suku atas suku lain, atau satu ras atas ras lain, kecuali karena ketakwaannya. Ini adalah revolusi moral yang fundamental.
2. Rahmat bagi Lingkungan dan Hewan
Ajaran Islam melalui Nabi Muhammad tidak hanya mengatur hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan alam. Beliau melarang perusakan lingkungan dan mengajarkan etika kepada hewan. Suatu ketika, seorang sahabat datang kepada beliau dengan seekor anak burung yang induknya terus mengejar. Rasulullah bertanya, “Siapa yang mengambil anak burung ini?” Beliau menyuruh agar anak burung itu dikembalikan kepada induknya.
Beliau juga bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman atau menanam suatu pohon, lalu buahnya dimakan oleh burung, manusia, atau binatang, melainkan ia akan mendapatkan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan betapa beliau sangat peduli dengan ekosistem dan keberlanjutan alam.
3. Rahmat bagi Musuh dan Lawan
Sikap paling luar biasa dari Rasulullah adalah bagaimana beliau memperlakukan musuh-musuhnya. Saat penaklukan Makkah, kota yang telah mengusir dan memerangi beliau selama bertahun-tahun, beliau tidak membalas dendam. Sebaliknya, beliau berkata kepada penduduk Makkah yang ketakutan:
“Pergilah! Kalian semua bebas.”
Sikap ini adalah manifestasi dari kasih sayang tertinggi. Beliau tidak menaklukkan mereka dengan pedang, melainkan dengan hati yang mulia. Ini adalah contoh nyata bagaimana rahmat mengalahkan kebencian, dan pengampunan mengalahkan dendam.
4. Relevansi Universal di Era Modern
Di dunia yang penuh dengan konflik, intoleransi, dan krisis lingkungan, ajaran Nabi Muhammad tentang rahmatan lil ‘alamin terasa sangat relevan.
- Toleransi dan Perdamaian: Di saat dunia dilanda isu Islamofobia dan sentimen keagamaan yang ekstrem, sosok Rasulullah yang mengajarkan toleransi, yang memaafkan musuh, dan yang hidup berdampingan dengan umat beragama lain, menjadi model yang sangat dibutuhkan.
- Keadilan Sosial: Ajaran beliau tentang kesetaraan, hak-hak perempuan, dan perlindungan terhadap yang lemah adalah fondasi bagi perjuangan hak asasi manusia di seluruh dunia.
- Kesadaran Lingkungan: Ketika dunia menghadapi krisis iklim, etika lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah lebih dari 1400 tahun lalu kini menjadi panduan penting.
Kesimpulan
Sosok Nabi Muhammad SAW. bukanlah hanya milik umat Islam, melainkan milik seluruh umat manusia, bahkan seluruh alam. Kehadiran beliau adalah anugerah, sebuah manifestasi dari kasih sayang Ilahi yang diturunkan ke bumi. Beliau datang untuk menyempurnakan akhlak, untuk membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan untuk menebarkan benih-benih kebaikan di setiap sudut alam semesta.
Jadi, ketika kita mendengar nama Muhammad, jangan hanya memandangnya sebagai figur historis, melainkan sebagai sebuah rahmat yang hidup. Rahmat yang ajarannya masih relevan, dan kasih sayangnya masih bisa kita rasakan hingga hari ini, jika kita mau merenung dan meneladani.